
Kata siwak digunakan untuk mengungkapkan perbuatan bersiwak (gosok gigi) dan juga digunakan untuk makna akar kayu (salvadora persica) yang digunakan untuk bersiwak [Khulashah al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam: 24]
Selain itu istilah Siwak juga dipakai untuk pembersih gigi yang berasal dari ranting pohon lainnya seperti Zaitun atau sejenis pohon sambur. Kendati demikian, siwak terbaik biasanya menggunakan akar pohon arak, terutama rantingnya yang berwarna hijau.

Pada 1986 dan 2000, World Health Organization (WHO) menyarankan penggunaan siwak untuk membersihkan gigi. Salah seorang peneliti siwak, Ramli Mohammed Diabi, menghabiskan 17 tahun masa hidupnya hanya untuk meneliti kegunaan siwak. Dia berpendapat, siwak juga berfungsi untuk menghilangkan efek kecanduan bagi perokok aktif.
Kandungan Kimia Kayu siwak

Hasil penelitian oleh Al-Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.
Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.
Kandungan kimia, seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.
Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.
Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.
Penjelasa Ulama Tentang SiwakSekarang mari kita lihat sekilas pembahasan para ulama dalam menggali hikmah di balik indahnya amalan bersiwak ini.
Kata
para ulama bersiwak disunnahkan pada setiap waktu terutama ketika hendak
shalat, berwudhu, membaca al Qur'an, ketika bau mulut tidak sedap, dan ketika
bangun dari tidur. Bersiwak memiliki banyak faidah dunia dan agama [Khulashah
al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam: 24].
Amalan ini
sangatlah ringan dilakukan, namun masih saja banyak dari kaum muslimin yang tak
tertarik mengamalkannya. Padahal itu adakah satu diantara sunnah-sunnah indah
Nabi kita –shallallahu 'alaihi wasallam-. Oleh karenanya
bersiwak dijadikan salah satu bab dalam pembahasan fiqih di buku-buku para
ulama. Ini karena faidahnya yang banyak di dunia dan akhirat.
Walau kadang ada yang bertanya kalau begitu apa manfaat siwak pada jaman sekarang padahal sudah ada pasta gigi, ada sikat gigi dan lain-lain ?
Ketahuilah bahwa bersiwak memiliki berberapa faidah yang tak mungkin dibahas seluruhnya, diantaranya: untuk kebersihan (mulut), kesehatan, menghilangkan bau tak sedap, mengharumkan mulut, didapatnya pahala (sunnah), dan sebagai amalan mengikuti Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- [Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam: 1/46]. Mengikuti nabi tidaklah sama dengan mengikuti orang selain beliau. Karena di dalamnya ada bentuk menifestasi kecintaan kepada Allah -ta'ala-.
Walau kadang ada yang bertanya kalau begitu apa manfaat siwak pada jaman sekarang padahal sudah ada pasta gigi, ada sikat gigi dan lain-lain ?
Ketahuilah bahwa bersiwak memiliki berberapa faidah yang tak mungkin dibahas seluruhnya, diantaranya: untuk kebersihan (mulut), kesehatan, menghilangkan bau tak sedap, mengharumkan mulut, didapatnya pahala (sunnah), dan sebagai amalan mengikuti Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- [Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam: 1/46]. Mengikuti nabi tidaklah sama dengan mengikuti orang selain beliau. Karena di dalamnya ada bentuk menifestasi kecintaan kepada Allah -ta'ala-.
Allah –subhanahu
wata'ala- berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakan
wahai Muhammad :"Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah
akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. Ali Imran: 31]
Barsiwak
adalah salah satu sunnah Rasul yang jika kita ikuti, maka kita akan mendapatkan
pahala, dicintai Allah, dan akan diampuni.
Bersiwak Dalam Hadits
Bersiwak
disunnahkan pada semua waktu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits 'Aisyah
dari Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- beliau bersabda :
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
"Bersiwak
itu mensucikan mulut dan diridhai oleh Rabb (Allah)"[HR. an Nasai
(1/10), Ahmad (40/241)]
Dalam hadits
ini tidak ada keterangan kapan bersiwak itu disunnahkan. Artinya kapan saja
kita inginkan, maka kita bisa bersiwak dan kita bisa meraih pahalanya. Namun
bersiwak lebih ditekankan lagi pada beberapa kondisi yaitu:
1. Ketika bangun dari tidur
Disebutkan di
dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah ibnul yaman, beliau –radhiyallahu ‘anhu-
berkata :
إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ، يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
“Apabila
rasulullah bangun dari tidur malam, maka beliau menggosok mulutnya dengan siwak”
(HR. Bukhari & Muslim)
Demikian
kegiatan rasulullah ketika bangun dari tidur,yang sepantasnya kita amalkan.
Lalu apa faidah kita bersiwak (gosok gigi) saat bangun tidur ?
Faidah Hadits :
1. Dengan bersiwak akan muncul semangat dan
kebugaran, sehingga mudah untuk melakukan pekerjaan hari itu.
2. Bersiwak akan mengilangkan bau tidak sedap pada
mulut, dimana bau tadi akan menghilangkan sikap percaya diri.
2. Ketika hendak berwudhu dan Shalat
Selanjutnya
adalah hadits yang menerangkan bahwa dianjurkan bersiwak di saat hendak berwudhu
dan shalat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari nabi –shallallahu
'alaihi wasallam- beliau bersabda :
لَوْلاَ أنْ أشُقَّ عَلَى أمتي لأمَرْتُهُمْ بِالسَّوَا كِ مَعَ كُلِّ وُضوءٍ عِنْدَ كُل صَلاةٍ.
"Seandaianya
tidak memberatkan ummatku, maka sungguh aku akan perintahkan mereka
untuk bersiwak setiap kali hendak wudhu dan setiap kali hendak shalat"[Muttafaqun'alaih]
[lihat Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam: 1/46]
Hadits ini
menunjukkan sayangnya nabi –shallallu 'alaihi wasallam- kepada ummatnya. Ketika beliau tidak
memerintakkan ummatnya untuk bersiwak ketika wudhu dan shalat, namun hanya
sekedar menganjurkan. Sebab memerintahkan akan berkonsekwensi wajib, dan
dikwatirkan ummatnya tak kan mampu mengamalkannya. Inilah sisi sayangnya nabi
kepada kita, walau kadang diantara kita ada orang-orang yang tidak membalas
kasih sayang beliau itu dengan mengikuti perintahnya dan meninggalkan
larangannya. Dalam hadits ini juga ada
satu kaidah yang biasa didengungkan oleh para ulama, yaitu "Dar'ul
Mafasid Muqaddam 'ala Jalbil Mashalih" artinya menolak bahaya harus
lebih didahulukan dari mengambil manfaat. Coba anda perhatikan tekstual dan
kontekstual hadits di atas !. Nabi tidak mewajibkan atau memerintahkan bersiwak
ketika wudhu dan shalat, padahal dalam amalan siwak ada banyak faidah di dunia
dan akherat, dan manfaan siwak tidak sedikit, namun banyak dan amat banyak.
Tapi nabi lebih mendahulukan menolak bahaya pada ummatnya, yaitu beban berat
yang akan didapatkan ummatnya kita diwajibkan, walau mereka harus kehilangan
manfaat yang besar pada amalan bersiwak. Betapa mudahnya ajaran Islam dan jauh
dari kesan menyusahkan dan memberatkan. Allah –Ta'ala- berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah
menginginkan kemudahan bagi kalian dan tidak menginginkan kesusahan.."
[QS. Al Baqarah: 185]
Ini menepis
anggapan bahwa Islam itu memberatkan, kaku, tida toleran, bengis, tidak
memandang hak asasi manusia, dan tuduhan-tuduhan yang lain.
3. Ketika hendak membaca al Qur'an
Disunnahkan
bagi seseorang untuk bersiwak ketika hendak membaca al Qur'an sebagaimana
hadits dari Ali bin Abi Thalib ia berkata :"Kami diperintahkan bersiwak
oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- beliaupun bersabda :
السنن الكبرى للبيهقي (1/ 62)
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَاهُ الْمَلَكُ فَقَامَ خَلْفَهُ يَسْتَمِعُ الْقُرْآنَ وَيَدْنُو، فَلَا يَزَالُ يَسْتَمِعُ وَيَدْنُو حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ، فَلَا يَقْرَأُ آيَةً إِلَّا كَانَتْ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ
"Sesungguhnya
seorang hamba apabila berdiri hendak shalat, maka malaikat mendatanginya,
berdiri dibelakangnya untuk mendengarkan al Qur'an (yang ia baca), lalu
malaikat mendekat. Dan malaikat itu terus mendengar dan terus mendekat
hingga malaikat meletakkan mulutnya pada
mulut orang itu. Dan tidaklah ia membaca satu ayat kecuali berada dirongga
malaikat" [HR. al Baihaqi (1/62), lihat ash Shahihah al Albani
(nomor 1213)]
Hadits ini
menjelaskan bahwa ketika seseorang membaca al Qur'an, maka malaikat akan
mendekat kepadanya untuk mendengarkan bacaan qur'an. Ada yang mengatakan bahwa
perintah bersiwak berkaitan dengan malaikat yang terganggu dengan bau mulut
yang busuk [Taisirul Allam: 46]
4. Ketika hendak masuk rumah
Demikian pula disunnahkan bersiwak ketika
hendak masuk rumah sebagaimana riwayat dari dari Miqdam bin Syuraih dari
ayahnya (Syuraih), ia berkata:
“Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu
‘anha: Dengan apa Rasulullah Shallallahu ‘aihi wa sallam memulai ketika masuk
ke rumahnya ? Aisyah menjawab: “Dengan siwak” [HR. Muslim
dalam kitab Thaharah].
Demikanlah sekilas
penjelasan tentang rahasia bersiwak, semoga Allah memudahkan kita untuk
memahami dan mengamalkan sunnah yang satu ini.
[Disusun oleh
Abu Ubaidillah | Makassar |20 Shafar 1436]
Referensi
1. Al Qur'an al Karim
2. Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari
3. Muslim bin al Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim
4. Syeikh
Faishal bin Abdil Azis an Najdiy, Khulashah al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam
5. http://2309catatankesehatandalamislam.blogspot.com/2012/12/kandungan-kimia-kayu-siwak.html,12
Desember 2014
6. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Siwak,12
Desember 2014
7. Abdullah bin Abdirrahman bin Shalih al Bassam,
Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam
8. Ahmad bin Syu'aib bin Ali an Nasai, as Sunan as
Sughra Ahmad bin Muhammad bin Hambal Abu Abdillah, Musnad
Imam Ahmad.
9. Ahmad bin Husain bin Ali al Baihaqi, As Sunan al
Kubra
10. Muhammad
Nashiruddin al Albani, Silsilatul Ahadits ash Shahihah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar