10 Desember 2014

Mengapa engkau diutus ?

Banyak kaum muslimin yang tidak megetahui mengapa para Rasul diutus. Padahal mengetahui tujuan diutusnya para rasul akan mengatar kepada ketenangan dan keadilan dalam mendudukkan para Rasul –'alaihimush shalatu wasallam- di kedudukannya yang benar. 
Dan ketidak mengertian kaum muslimin terhadap hal itu menyebabkan mereka tidak bisa mendudukkan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-  dan para rasul yang lainnya di kedudukannya yang semestinya. Sebagian orang berlebih-lebihan dalam mendudukan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam-. Sampai-sampai ada yang mendudukan beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- sekedudukan dengan Allah –subhanahu wata'ala- yang telah menghasung mereka kepada kesyirikan. Misalnya ada diantara kaum muslimin yang berkeyakinan bahwa Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- mampu mengabulkan permintaan dan do'a kita kepada beliau atau keyakinan lainnya yang bertentangan dengan aqidah Islam. Disisi lain ada kaum muslimin yang meremehkan Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- dengan memandang beliau sebagai manusia yang diperlakukan sama dengan manusia yang lain yang bisa ditolak sabdanya dan tidak diikuti sunnahnya. 
Dua kutub manusia ini tentu telah tersalah dalam menyikapi Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-. Disinilah terlihat pentingnya kita mengetahui mengapa Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- diutus. Sehingga kita bisa mengetahui seberapa pentingnya pengutusan seorang Rasul kepada manusia.

Paling tidak ada tiga alasan serta hikmah mengapa Allah mengutus para Rasul sebagaimana yang dipaparkan oleh Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin[1]rahimahullah- dalam bukunya "al Qaulul mufid 'ala kitab at Tauhid/ 1: 27-28" diantaranya :

Pertama :  Iqamatul Hujjah artinya menyampaikan alasan atau keterangan Islam. Allah –ta'ala- berfirman :
رُسُلاً مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ
"(Kami mengutus) rasul-rasul sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul" [QS. An Nisa: 165]
Berkata al Baidhawiy[2] :"Kalimat (agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul) bermakna sehingga manusia akan mengatakan :"seandainya Engkau ya Allah mengutus kepada kami seorang Rasul lalu ia menjelaskan kepada kami risalah dan mengajarkan apa yang kami belum ketahui". Ini adalah sinyal bahwa diutusnya para nabi –'alaihimush shalatu wassalam-  kepada manusia adalah suatu kemestian yang disebabkan oleh kelemahan semua manusia untuk mengetahui rincian mashlahat syari'at dan kelemahan mereka mengetahui mayoritas syari'at yang bersifat global [Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil: 2 /109].
Menurut al Baidhawiy manusia itu butuh seorang Rasul karena mereka tak kan bisa memahami kehendak Allah kecuali dengan penjelasan seorang Rasul tentang urusan syari'at.

Kemudian Imam Ibnu Katsir[3] menyatakan maksud ayat ini adalah bahwa para Rasul memberi kabar gembira berupa kebaikan kepada siapa yang mentaati Allah dan mengikuti keridhaanNya dan memberi peringatan berupa siksa dan adzab kepada siapa yang menyelisihi perintahNya dan mendustakan RasulNya. Beliau juga mengatakan :" Allah –ta'ala-  menurunkan kitab, dan mengutus rasul-rasul dengan membawa kabar gembira dan peringatan, menjelaskan apa yang Allah cintai dan ridhai, dan apa yang Allah benci dan tidak sukai agar tidak lagi orang tidak lagi punya alasan. Sebagaimana yang Allah firmankan :
وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى
 "Ya Rabb kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?" [QS. Thaha: 134]
Demikian pula firman Allah –subhanahu wata'ala- :
وَلَوْلا أَنْ تُصِيبَهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ [فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mukmin" [QS. Al Qashash: 47]
[lihat tafsir Ibnu Katsir: 2/475].
Kedua : Sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah –subhanahu wata'ala- berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam" [QS. Al Anbiya: 107]
Ayat ini sangat jelas menerangkan bahwa diutunya Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Baik alam nyata atau alam ghaib, baik manusia, hewan, tanaman, bahkan jin sekalipun. Diutusnya beliau –shallallahu 'alaihi wasallam- memberikan kebaikan bagi muslim dan kafir, adanya jaminan keamanan kepada kafir dzimmi, kafir mu'ahad, dan kafir musta'man merupakan bukti bahwa diutusnya beliau adalah rahmat. Namun barang siapa yang masuk ke dalam Islam dan istiqamah diatasnya, maka rahmat baginya lebih sempurna dan lebih banyak.   
Ketiga : Menjelaskan jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, karena seseorang tak akan mengetahui apa yang Allah wajibkan secara rinci kecuali melalui penjelasan para rasul.
Ini adalah alasan ketiga mengapa para rasul diutus. Yaitu untuk membawa keterangan dan penjelasan tentang rincian syari'at. Tanpa para rasul manusia tak akan mengenal Allah dan apa yang Dia perintahkan dan larang secara rinci. Ini merupakan bantahan kepada para filosof yang menyakini bahwa tanpa hadirnya seorang rasul dan kitab suci pun manusia ternyata bisa menemukan Allah. Dengan menggunakan akal pikirnya saja, manusia bisa menyimpulkan bahwa ada kekuatan Maha Tinggi yang berada di balik semua realitas kehidupan.

Persepsi tersebut tentunya salah jika yang dimaksudkan mengetahui perintah dan larangan. Karena akal manusia hanya bisa menjangkau apa yang terdeteksi oleh indra. Memang secara fitrah manusia diberi insting untuk mengenal Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits :
مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
"Tidaklah ada anak yang lahir, kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanya lah yang menjadikan ia Yahudi, atau Nashrani, atau Majusi" [HR. Bukhari dan Muslim]
Lihat baik-baik hadits tersebut ! di dalamnya ada keterangan bahwa kedua orangtuanya yang menjadikan ia Yahudi, atau Nashrani, atau Majusi. Siapa majusi ? yaitu agama Persia penyembah api. Jadi bisa saja seorang yang sudah diberi fitrah melenceng dari fitrahnya jika tidak dibimbing kepada jalan Allah. Maka Allah pu mengutus para Rasul untuk menjelaskan syari'at Nya.
Setelah kita mengetahui tujuan diutusnya para rasul, lalu apa tugas mereka –'alahimush shalatu wassalam- di bumi ini ?
Tugas para rasul adalah untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah saja dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah. Allah –subhanahu wata'ala- berfirman :
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
" Dan sungguh Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Allah)" [QS. An Nahl: 36]
Berkata Syeikh Shalih al Fauzan :"Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala- menberitahu bahwa Dia mengutus seorang rasul kepada setiap kelompok manusia dan di setiap qurun untuk mengajak mereka beribadah hanya kepada Allah, dan meninggalkan peribadatan kepada selain Allah. Dan Allah terus mengutus para Rasul kepada manusia sejak terjadinya kesyirikan di tengah-tengah manusia pada zaman Nabi Nuh dan menutupnya dengan mengutus Muhammad –shallallahu 'alaihi wasallam- [al Mulakhash Fii Syarh Kitab at Tauhid: 11].
Ayat itu juga menunjukkan bahwa tugas para rasul adalah dakwah kepada tauhid danmelarang dari kesyirikan. Ada pelajaran dari ayat itu bahwa agama dan dakwah para rasul adalah satu yaitu agama dan dakwah tauhid. Ini ditunjukkan dengan sabda Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- :
وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
"Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” [HR. Bukhari dalam Kitab Ahadits al-Anbiya’, lihat Fath al-Bari [6/550]. Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Kitab al-Fadha’il dengan redaksi yang agak berbeda]
Demikianlah sekilas penjelas mengapa Allah mengutus para Rasul, yaitu untuk mendakwahi ummatnya untuk beribadah hanya kepada Allah bukan untuk diibadahi, serta untuk ditaati dan bukan didurhakai. Wallahu 'alam

Referensi
1.   al Qur'an al Karim
2.   Muhammad bin Shalih al Utsaimin, al Qaulul mufid 'ala kitab at Tauhid.
4.   Abdullah bin 'Umar al Baidhawiy, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil
5.   Abul Fida' Ismail bin Umar Ibnu Katsir, Tafsir Qur'anil 'Adzim
6.   Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari
7.   Muslim bin al Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim
8.   Dr. Shalih bin Abdillah al Fauzan, al Mulakhash Fii Syarh Kitab at Tauhid

[Ditulis oleh: Abu Ubaidillah al_Atsariy | th 2014] 




[1] Syaikh Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin al-Wuhaiby at-Tamimi adalah seorang ulama era kontemporer yang ahli dalam fiqih. Lebih dikenal dengan nama Syaikh Ibn Utsaimin atau Syaikh Utsaimin. Dilahirkan di kota Unaizah pada tahun 1928. Pernah menjabat sebagai anggota di Hai'ah Kibarul Ulama (semacam MUI di Kerajaan Arab Saudi). Beliau wafat pada tahun 2001 di Jeddah, disholatkan di Masjidil Haram, dan dimakamkan di pemakaman Al-AdlMekkah, Arab Saudi.
[2] Nashiruddin Abu Sa'id 'Abdullah bin 'Umar bin Muhammad asy Syairaziy al Baidhawiy (wafat th 685 h)
[3] Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir al Qurasyi (wafat th 773 h)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar