22 September 2014

Cinta Kepada Kebenaran adalah Fitrah

( Tafsir Surah al Hujurat :7-8 )


Allah –subhanahu wata’ala- berfirman :
وَاعْلَمُوا أَنَّ فِيكُمْ رَسُولَ اللَّهِ لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِنَ الْأَمْرِ لَعَنِتُّمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ 
 Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) mu dalam beberapa urusan, maka kamu benar-benar akan mendapat kesusahan, akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan Allah menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Hujurat : 7-8)

Makna Ayat :

Ayat ini turun kepada para shahabat nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- untuk mengingatkan mereka tentang keberadaan Rasulullah di tengah-tengah mereka. Berkata Syeikh Nashir as Si’di -rahimahullah- : ”Agar kalian wahai sahabat mengetahui bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- berada ditengah-tengah kalian. Dia adalah Rasul yang mulia, seorang yang berbuat baik, memberi petunjuk, serta menginginkan kebaikan untuk kalian dan memberi nasihat kepada kalian padahal kalian menghendaki kejelekan dan bahaya terhadap diri kalian yang tidak disetujui oleh Rasulullah” (Taisir kalimirrahman hal 800)
Itulah sifat Rasulullah yang patut kita ketahui agar kita mengagungkan beliau, beradab dengannya, serta mentaati perintahnya. Kenapa ?
Kata Imam ibnu katsir -rahimahullah- :”karena beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah orang yang paling mengetahui apa yang baik untuk kita, dan orang yang paling penyanyang kepada kita daripada kita sendiri. Pendapat beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- tentang kita lebih sempurna daripada pendapat kita sendiri.
Allah berfirman :

لَوْ يُطِيعُكُمْ فِي كَثِيرٍ مِّنَ الأمر لَعَنِتُّمْ
“Kalau ia menuruti (kemauan) mu dalam beberapa urusan, maka kamu benar-benar akan mendapat kesusahan” (QS. Al Hujurat : 7)

Maksudnya jika Rasulullah mengikuti semua kemauan kalian, maka itu akan mengantarkan kepada kesulitan dan kesusahan. Sebagaimana firman Allah –ta’ala- :

وَلَوِ اتبع الحق أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السماوات والأرض وَمَن فِيهِنَّ
“Andaikata kebenaran itu mengikuti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya (QS. Al Mu’minun : 71) 
(Lihat kitab Taisiirul ‘Aliy al Qadiir Likhtishar tafsir Ibni Katsir hal. 2382)

Jadi jika sesorang menuruti hawa nafsunya dan tidak mau menudukkan hawa nafsunya kepada perinta Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan di timpa kesulitan, kesedihan, kegalauan, dan tentunya kesesatan.

Kemudian Allah berfirman :

وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ
“akan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan Allah menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan” (QS. Al Hujurat : 7)

Allah menjadikan para sahabat dan orang-orang beriman cinta kepada keimanan. Keimanan kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Ini disebabkan Allah –ta’ala- telah menjadikan iman itu indah dalam hati orang beriman. Allah menanamkan bibit cinta kepada kebenaran dan mendahulukan kebenaran daripada yang lain. Iman itu indah dan manis bagi mereka yang diberi taufiq untuk merasakannya. Sebagaimana sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu- bahwa Rasulullah bersabda :

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ ، وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ ؛ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ  أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga perkara yang barangsiapa memilikinya, maka ia akan merasakan manisnya iman. Yaitu jika ia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya, dan ia mencintai seseorang yang ia tidak cintai kecuali karena Allah, serta ia tidak senang kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka” (HR. Bukhari)

Itulah fitrah manusia yang Allah tanamkan kepada hati-hati manusia, yakni suka kepada kebenaran dan mencintainya. Jika manusia tidak dipengaruhi oleh syaithan dan hawa nafsunya, maka manusia akan selalu berada dalam fithtrahnya. Sebagaimana Firman Allah :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang lurus; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui(QS. arRum : 30)

Dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda :

مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
“Tidaklah seorang anak kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi” (HR. Bukhari)

Fitrah adalah Islam, yaitu manusia diciptakan dalam keadaan berada diatas fitrahnya. Dan diantara fitrah yang Allah tanamkan ke dalam hati manusia adalah mencintai kebenaran. Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah -rahimahullah- :"Allah -subhanahu wa ta'ala- menciptakan hamba-Nya diatas fitrah, dimana dalam fitrah itu ada kebenaran lalu ia benarkan, mengetahui kebatilan lalu ia dustakan, mengetahui perkara yang bermanfaat dan mencintainya, serta mengetahui bahaya dan membencinya. Dan ia mengenalnya dengan fitrahnya (Kitab Dar u ta'arudil 'aqli wan naqli 8 : 463)

Lalu Allah –subhanahu wata’la- melanjutkan firman-Nya :

أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ (7) فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
"Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Hujurat : 7-8)


Mereka yang telah Allah hiasi hatinya dengan keimanan, lalu ia mencintai keimanan tersebut, dan Allah menjadikan mereka benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan, mereka itu adalah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Yaitu jalan yang menjadikan ilmu dan amal mereka menjadi benar sehingga mereka istiqamah di atas agama dan jalan yang lurus.
Dan lawannya adalah orang-orang yang melampaui batas, yaitu orang-orang yang Allah jadikan ia mencintai kekufuran, perbuatan fasiq, dan dosa. Dan dosa itu adalah dosa mereka. Karena ketika mereka berbuat fasiq, maka Allah mencap hati mereka (dengan kefasikan). Allah berfirman :

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
maka ketika mereka berpaling, maka Allah memalingkan hati-hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq(QS. Ash Shaf : 5)

Jadi ketika mereka tidak beriman kepada kebenaran yang datang kepada mereka pertama kali (mereka mendengarnya), maka Allah membalik hati-hati mereka sehingga mencintai kesesatan.

Lalu firman Allah :

فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (8)
“Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. Al Hujurat : 8)

Maksudnya, itulah kebaikan yang mereka dapatkan karena keutamaan dan kebaikan dari Allah kepada mereka, bukan dikarenakan kemampuan mereka atau kekuatan mereka untuk mendapat hidayah. Jadi Allah melakukan itu semua sebagai keutamaan dan kenikmatan.

Dan Allah Maha mengetahui, yaitu mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan. Dan Maha Bijaksana, bijaksana dalam firman-Nya, perbuatan-Nya, dalam Syari’at-Nya, serta taqdir-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar