Oleh : Abu Ubaidillah Ibnu Anwar Al Atsariy
Dari Abu Hurairah -radhiyallahu 'anhu- ia berkata :"Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda
كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيم
“Dua kalimat yang ringan untuk diucapkan,
namun berat dalam timbangan, dan dicintai oleh Allah ‘subhanallah wa bihamdih
subhanallahil adhim’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sahabat Periwayat HaditsBeliau adalah Abu Hurairah Abdurrahman bin shahr ad Dausi al Yamani pemilik hafalan yang kokoh –radhiyallahu ‘anhu-. Ia meriwayatkan hadist sebanyak 5.374 hadist. Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khibar, Rasulullah sendirilah yang memberi julukan “Abu Hurairah”, ketika beliau sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam itu semata karena kecintaan beliau kepadanya. Allah -subhanahu wa ta’ala- mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hafalan yang kuat.
Beliau adalah orang yang paling banyak hafalannya diantara para sahabat lainnya. Ia berkata tentang dirinya: “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak “. Dan Imam Syafi’i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- : “la seorang yang paling banyak hafal di antara seluruh perawi Hadits sesamanya”. Sementara Imam Bukhari menyatakan pula : ”Ada delapan ratus orang atau lebih dari tabi’in dan ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah”.
Pada suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-. Maka dipanggillah abu hurairah dan diperintahkan duduk bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasusullah -shalallahu ‘alaihi wasallam-. Sementara itu penulisnya disuruh menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah -radhiyallahu anhu- dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh Abu Hurairah radhiyallahu anhu walau sepatah kata pun
Abu Hurairah meriwayatkan hadist dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ubai bin Ka’ab, Utsman bin Za’id, Aisyah dan sahabat lainnya.
Sedangkan jumlah orang yang meriwayatkan darinya melebihi 800 orang, terdiri dari para sahabat dan tabi’in. diantara lain dari sahabat yang diriwayatkan adalah Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, dan Anas bin Malik, sedangkan dari kalangan tabi’in antara lain Sa’id bin al-Musayyab, Ibnu Sirin, Ikrimah, Atha’, Mujahid dan Asy-Sya’bi.
Dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-57 Hijriyah ia pun berpulang ke rahmatullah.
Di sekeliling orang-orang shaleh penghuni pekuburan Baqi’, di tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan … ! Dan sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari pekuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membaca Hadits yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia.
( Diringkas dari Biografi Abu Hurairah dalam Al-Ishabah Ibn Hajar Asqalani No. 1179, Tahdzib al ‘asma: An-Nawawi 2/270)
Makna Global Hadits
MAKNA GLOBALHadits ini menjelaskan bahwa dua kalimat ‘subhanallah wa bihamdih subhanallahil adhim’ memiliki bobot yang berat ketika nanti pada hari kiamat kalimat ini akan di letakkan pada timbangan.
Selanjutnya hadits ini juga menerangkan bahwa Allah mencintai kedua kalimat tadi. Tentunya ini adalah pahala yang sangat besar disisi Allah, karena ketika Allah mencintai suatu amalan, maka Allah juga mencintai pelakunya. Oleh karena itu maka dua kalimat ini adalah salah satu sebab datangnya kecintaan Allah kepada seorang hamba. Kalimat ( خفيـفتان / ringan diucapkan) menunjukkan bahwa kalimat ini sangat mudah dan ringan diucapkan oleh lisan-lisan manusia.
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin -rahimahullah- :”apa makna kalimat ‘subhanallah wa bihamdih (maha suci Allah dengan memujinya maha suci Dia lagi Maha Agung)’ ? maknanya adalah engkau mensucikan Allah dari segala aib dan sifat kekurangan karena Dia –Jalla wa ‘Ala- sempurna sifat-sifat-Nya dari segala sisi. Tasbih ini dihubungkan dengan tahmid (pujian) yang menunjukkan kesempurnaan keutamaan dan kebaikan Allah kepada makhluknya dan sempurnanya hikmah dan ilmu-Nya dan kesempurnaan lainnya” (Lihat : Syarh riyadhush shalihin 4/4 (no hadits 1304)
FAIDAH HADITSHadits ini memiliki beberapa faidah diantaranya :
1. Dalam hadits ini ada penetapan sifat cinta bagi Allah.
2. Amalan-amalan pada hari kiamat akan diubah menjadi sesuatu yang konkrit atau bisa diindra lalu diletakkan diatas timbangan.
3. Hadits ini menjelaskan tentang besarnya rahmat Allah –subhanahu wata’ala- yang memberikan balasan pahala yang besar untuk sebuah amalan yang ringan.
4. Hadits ini juga menunjukkan keutamaan kalimat ‘subhanallah wa bihamdih subhanallahil adhim’
5. Ajuran agar seorang muslim tidak meremehkan amalan walaupun kelihatan kecil dan kelihatan remeh menurut pandangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar