Sudah menjadi keharusan seorang muslim manakala Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam- memerintahkan sesuatu perkara atau melarang suatu perkara untuk bersikap sami’na wa atha’na (mendengar dan mematuhi). Lebih dari itu ia akan memaksa dirinya agar bisa mencontoh segala apa yang menjadi perilaku Rasulullah r apalagi itu merupakan perkara yang wajib dijalankan larangan yang harus ditinggalkan.
Ia selalu ingat firman Allah -subhanahu wata'ala- :
Ia selalu ingat firman Allah -subhanahu wata'ala- :
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya" (QS. al Hasyr : 7)
Dan juga firman Allah -subhanahu wata'ala- :
Dan juga firman Allah -subhanahu wata'ala- :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (QS. al Ahzab : 21)
Dan salah satu teladan yang baik pada diri Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- adalah adab beliau ketika makan.
Dan salah satu teladan yang baik pada diri Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- adalah adab beliau ketika makan.
Adapun adab-adab makan yang seringkali dilupakan umat islam adalah sebagai berikut:
1.
Berkumpul menhadapi makanan secara berjama’ah adalh suatu yang dianjurkan bagi
kaum muslim disamping akan mendapatkan keutamaan berdasarkan hadits berikut
“Berjamaalah dalam menyantap hidanganmu dan sebut nama Allah -subhanahu wata'ala- padanya niscaya akan mengandung
berkah bagimu” Hadits ini dikabarkan dikabarkan oleh Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berkenaan dengan seseorang yang
dating kepadanya dan berkata “wahai Rasulullah, kami ini setiap makan tidak
pernah kenyang” maka Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- berkata “pasti kamu makan
sendiri-sendiri” dia menjawab benar ya Rasululallah “ Rasulullah bersabda “berjamaalah
dalam menyantap makananmu” Hadits diatas memerintahkan kepada kita agar setiap
kali makan berkumpul melingkar pada satu nampan makanan dan tidak makan
sendiri-sendiri itu disamping membuat orang yang makan sendiri-sendiri tidak
akan kenyang juga tidak akan mendapatkan berkah kecukupan kareba kecukupan itu
akan diperoleh dengan makan bersama, meskipun jumlah peserta hidangan
bertamabah, sebagaimana sabda Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- “Makanlah berjamaah dan
jangan bercerai berai, sesungguhnya makanan yang satu itu cukup untuk dua
orang” dan dihadits lain Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-bersabda “sesungguhnya
makanan satu orang itu cukup untuk dua orang, dua orang cukup untuk tiga atau
empat orang dan makan empat orang cukup untuk lima orang atau enam orang”
Disamping akan memberikan kecukupan, makan berjamaah adalah cara makan yang
dicintai oleh Allah U sebagaimana yang
disebutkan dalam hadits yang derajatnya hasan bahwa Rasulullah r bersabda “Makanan yang dicintai oleh
adalah makanan yang diatasnya banyak tangan-tangan (banyak yang memakannya)
2.
makan dengan menggunakan sahfah /
qash’ah (nampan) dan diatas hamparan. Qash’ah adalah piring besar untuk makan
sepuluh orang sedangkan safhah adalah piring besar untuk makan lima orang
(syama’il muhammadiyah bab cara makan Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam-). Adapun sukurrajah
adalah piring kecil yang biasa dipakai untuk memberi makan anak kecil (fathul
bary 9/532) makan jama’ah diatas hamparan dengan menggunakan safhah adalah
salah satu sunnah nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- yang harus diikuti,
sedangkakn makan diatas meja dengan menggunakan sukurrajah (piring adalah cara
makan yang harus dihindari. Anas bin Malik berkata “Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- tidaklah makan diatas meja dan tidak
pula menggunakan sukurrajah (diriwayatkan oleh tirmidi dalam syamail shahih
bukhari No. 5386 dalam kitab fathul 9/532)
3.
Mengambil suapan yang jatuh.Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda “Apabila salah
seorang kamu makan kemudian suapannya jatuh dari tangannya, hendaklah ia
membersihkan apa yang kotor darinya lalu memakannya dan janganlah ia
membiarkannya dimakan syaithan”
4.
Menjilat makanan dan safhah. Rasulullah -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda “dan janganlah
ia mengusap tangannya dengan serbet hendaklah ia menjilat tangannya karena
seseorang tidak tahu pada makanannya mana yang mengandung berkah untuknya,
sesungguhnya syaitan itu mengintai untuk merampas harta manusia dari segala
penjuru hingga ditempat makannya dan janganlah ia mengangkat sahfahnya hingga
menjilatinya dengan tangan, karena sesungguhnya pada akhir makanan itu
mengandung berkah” Hadits ini memerintahkan kepada kita agar selalu menjilati
tangan dan juga memerintahkan kita untuk menjilati sahfah yaitu menjilati
sisa-sisa makanan dengan menggunakan jari-jari tangan dan bukan menjilati
safhahnya.
5.
Mengusap makanan dengan mindil. Mindil adalah kain yang digunakan untuk
mengusap tangan tatkala selesai makan kain yang dipakai untuk mengusap badan
setelah mandi (Fathul bari 5/577). Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda “janganlah
mengusap tangannya dengan mindil hingga ia menjilati tangannya”
6.
Berkumur-kumur setelah makan. Ali bin Abdullah telah menceritakan kepada kami
aku telah mendengan yahya bin sa’id dari basyir bin yasar dari suwaid bin
nu’man berkata “kami keluar bersama Rasulullah ke khaibar tatkala kami sampai
di shahba, Nabi -shallallahu 'alaihi wasallam- mengundang makan, dan
tidak dihidangkan makanan kecuali gandum, maka kami makan bersama. Kemudian
beliau untuk menjalankan shalat maka beliau berkumur-kumur dan kamipun
berkumur-kumur” (HR. Bukhari). Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita
bahwa setiap selesai makan hendaklah berkumur-kumur karena berkumur-kumur itu
bisa membersihkan sisa-sisa makanan yang masih melekat pada mulut, hingga mulut
selalu sehat dan bersih.
7.
Peringatan Syekh Muhammad Nashruddin Al-Albany terhadap umat islam yang
meninggalkan adab makan islam, beliau berkata (mengomentari Hadits No.1404
didalam silsilah hadits shahihah) “dan termasuk hal yang disayangkan dan secara
khusus mereka yang selalu meniru adat orang-orang barat dan taklid terhadap
buday eropa yang telah membuat syaitan dan tipu dayanya berhasil mengambil
harta-harta mereka dengan susah payah bahkan dengan kerelaan mereka sendiri dan
hal itu tidaklah terjadi kecuali karena kebodohan mereka karena sunnah atau
mereka meremehkannya. Bagaimana tidak ? bukankah kamu melihat mereka bercerai berai pada makanan mereka diatas
meja makan, yakni setiap orang dari mereka makan sendiri-sendiri pada piring
khusus bukan karena terpaksa dan tidak mau bergabung dengan teman sebelahnya
melanggar hadits “berjama’alah kamu dalam menyantap makananmu” demikian pula
suapan dari salah seorang dari mereka jatuh, dia tidakmau mengambil untuk
menghilangkan kotoran darinya kemudian memakannya karena ada sebagian orang
yang dianggap alim dan ahli filsafat yang melarang mereka berbuat demikian
dengan sangkaan makanan itu telah bercampur dengan penyakit meskipun mereka
menyelisihi hadits “kemudian hendaklah ia buang yang meragukannya dan hendaklah
memakannya janganlah meninggalkan itu untuk syaitan. Kemudian mereka tidak mau
menjilati tangan-tangan mereka, bahkan kebanyakan mereka menyangka yang
demikian itu akan mengurangi makan dan etika makan. Untuk itu mereka
menyediakan serbet atau tissue diata smeja mereka maka hampir tidak pernah
salah seorang dari mereka mendapati sesuatupun dari bau dijari-jarinya bahkan
dikedua bibirnya kecuali dengan mengusapnya dengan tissue itu. Adapun menjilat
sahfah yakni menjilati sisa-sisa makanan padanya dengan jari-jari tangan, maka
mereka menyangka cara-cara seperti itu hina, bahkan menganggap bathil dan rakus
terhadap pelakunya. Tidaklah mengherankan kalau hal itu terjadi pada
orang-orang yang belum mengetahui hal-hal diatas, tetapi lebih mengherankan dan
disayangkan orang-orang yang telah mengetahuinya tapi mereka meremehkannya.
Kemudian kamu menjumpai mereka semuanya mengadu tentang hilangnya berkah dan
gaji pada rizki mereka walaupun gaji mereka bertambah banyak. Sesungguhnya
mereka tidak mengetahui bahwa sebab hilangnya berkah itu berpaling dari
mengikuti sunnah nabi dan karena taklid terhadap aturan-aturan dari musuh-musuh
dari segala aspek kehidupan.”
Oleh
karena itu, sunnah nabi itu pasti membawa manfaat wahai ummat islam…..!!! Allah -subhanahu wata'ala- berfirman “Wahai oaring–orang yang
beriman sambutlah Allah dan Rasul-Nya, apabila dia menyeru kalian sebab Dia
(Allah -subhanahu wata'ala-)menghidupkan kalian dan ketahuilah
bahwa Allah yang memalingkan seseorang dari hatinya dan kepada-Nyalah akan
dikumpulkan “ (Al-Anfal : 24)
Saya berdo’a semoga Allah -subhanahu wata'ala- memberikan taufik-Nya kepada kita untuk
senantiasa berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan sunnah Rasul-Nya r sampai hari kiamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar