23 Oktober 2014

Sempurnakan Tauhidmu !

Ini adalah tulisan kedua dari syarat La Ilaha Illallah, dari lanjutan tulisan sebelumnya. Pembaca akan diajak menelusuri indahnya dalil-dalil al Qur'an dan Sunnah yang membicarakan syarat-syarat tersebut. Sebelumnya kita telah membahas syarat pertama hingga syarat ke empat. Sekarang kita akan melanjutkan syarat ke lima hingga ke delapan. Berikut penjelasannya.
Syarat Kelima
Jujur yang akan menghilangkan sifat dusta.
Yaitu mengucapkan kalimat ini (لا إله إلا الله ) dengan jujur dari hatinya. Jika ia mengucapkan dengan lisannya namun hatinya tidak membenarkan maka ia telah melakukan kemunafikan dan kedustaan.
Alloh –subhanahu wata’ala-    berfirman :
الم(1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ(2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ(3)
Alif laam miim. Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji ?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka supaya Alloh mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta(QS. Al Ankabut : 1-3)
Tak seorang mu’minpun yang mengatakan beriman kepada Allah kecuali mereka akan diuji oleh Allah –subhanahu wata’ala-. Ujian akan menampakkan hakikat seseorang, apakah ia jujur dengan keimanannya ataukah ia hanya berpura-pura. 
Dan Alloh –subhanahu wata’ala-  berfirman :
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ(8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ(9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ(10)
Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian padahal mereka bukan orang-orang yang beriman, Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak merasakan,  Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, terhadap apa yang  mereka dustakan” (QS. Al Baqoroh : 8-10)
Dari sahabat Anas bin malik –radiyallahu ‘anhu-  ia berkata : “telah bersabda rosulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- :
مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إِلاَّ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ
“Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari hatinya kecuali Allah akan mengharamkannya masuk kedalam neraka”
(HR. Bukhori /128 dan ini adalah lafadz beliau, Muslim/32).

Inilah keutamaan jujur dalam beragama. Jujur dalam berucap dan beramal. Kejujuran akan mengantarkan sesorang kepada syurga dan akan menghindarkannya dari api neraka.
Syarat Keenam 
Ikhlas yang menghilangkan kesyirikan, kemunafikan, riya, dan sum’ah.
Ikhlas adalah membersihkan amalan dengan memperbaiki niat dari segala kotoran-kotoran kesyirikan. Keikhlasan akan membersihkan kesyirikan yang merupakan dosa terbesar, demikian pula kemunafikan. Orang munafik adalah gambaran orang-orang yang tidak ikhlash dalam beragama. Mereka berprinsip “disini senang dan dan sana senang” dan bukan prinsip mengikuti kebenaran.

Allah memerintahkan kita untuk beribadah hanya kepadaNya dengan cara memurnikan ketaatan dan peribadatan. Allah –subhanahu wata’ala- berfirman :
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
“….Maka beribadahlah kepada  Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (QS. azZumar : 2)

Dan Allah –subhanahu wata’ala- berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya….” (QS. Al Bayyinah : 5)

Para pembaca sekalian, ketahuilah bahwa orang yang paling bahagia pada hari kiamat dengan syafa’at rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan ikhlas dari lubuk hatinya. Bukan karena tendensi tertentu sehingga ia mengucapkan kalimat tersebut.

Dari sahabat Abu Hurairah –radiyallahu ‘anhu- ia berkata bahwa rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ  مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ
“Manusia yang paling bahagia dengan syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan (لا إله إلا الله ) dengan ikhlash dari hatinya” (HR. Bukhori/99)

Demikian pula orang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan mengharapkan wajah Allah, atau menginginkan pertemuan dengan Allah pada hari kiamat, maka Allah akan mengharamkan ia dari sentuhan api neraka.
Disebutkan dari sahabat ‘Itban bin malik –radiyallahu ‘anhu- ia berkata bahwa rasulullah–shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
 إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللهِ
“Sungguh Allah  mengharamkan dari neraka orang yang mengucapkan (لا إله إلا الله ) karena mengharapkan wajah Allah” (HR. Bukhori/415 dan Muslim dalam kitab al Masajid wa mawadhi’ish sholah/263)

Syarat Ketujuh 
Cinta kepada kalimat yang agung dan barakah ini serta mencintai segala tuntutan dan konsekwensi yang ditunjukkan oleh kalimat Laa Ilaha Illallah. Demikian pula mencintai orang-orang yang mengamalkannya dengan memegangi syarat-syaratnya.  Termasuk juga membenci pembatal dari syarat-syarat tersebut.
Allah –ta’ala- berfirman :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Diantara manusia ada orang-orang yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, mereka mencintai tandingan-tandingan tadi seperti mereka mencintai Allah, dan orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah” (QS. Al Baqarah : 165)

Ayat ini menjelaskan tentang kondisi manusia, bahwa ada diantara mereka yang menjadikan tandingan bagi Allah. Dan itu terlihat ketika mereka tidak murni mencintai Allah, namun kecintaan mereka kepada Allah mereka bagi dengan mencintai selain Allah. Ini berbeda dengan orang yang mencintai sesuatu dengan dasar cinta kepada Allah. Mereka mencintai sesuatu karena Allah yang memerintah mereka. Bagaimana lagi orang yang lebih mencintai selain Allah dari pada Allah. Para ulama menyebut ini dengan ‘Syirkul Mahabbah’ yaitu syirik dalam hal mencintai, karena cinta adalah ibadah dan ibadah haruslah dilakukan atas dasar cinta. Namun tahukan anda bahwa cinta orang beriman kepada Allah melebihi cinta orang-orang musyrik kepada sesembahannya sebagaimana tersebut dalam ayat di atas “dan orang-orang yang beriman lebih mencintai Allah

Cinta akan menghilangkan kebencian, sehingga ketika generasi ummat ini ada yang murtad, maka Allah akan menggantikannya dengan lawannya, yaitu generasi yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah. Sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ....
Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai Allah dan merekapun mencintai Allah....”(QS. Al Maidah : 54)

Dalam hadits dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-  beliau berkata bahwa rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-  bersabda :
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga perkara yang barangsiapa ada padanya, maka ia akan merasakan manisnya keimanan, yaitu jika Allah dan Rasulnya lebih ia cintai daripada selainnya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran seperti bencinya ia dimasukkan ke dalam neraka” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah iman, indah dan manis bagi mereka yang Allah tanamkan kecintaan kepada keimanan dalam hatinya. Allah dan rasulNya lebih ia cinta dari selainnya, ia tidak mencintai kecuali karena Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran, termasuk kekufuran dalam hal cinta.
Maka Ahli La Ilaha Illallah mencintai Allah dengan kecintaan yang ikhlash, sedang ahli kesyirikan mereka mencintai Allah namun mereka juga mencintai selain Allah bersamaan ia mencintai Allah dan ini akan menghilangkan tuntutan La Ilaha Illallah.

Syarat Kedelapan 
Mengingkari thaghut yaitu sesembahan selain Allah  lalu beriman kepada Allah sebagai Rabb, pencipta, dan dzat yang berhak diibadahi.
Pengingkara kepada thaghut adalah syarat benarnya tauhid kita, syarat benarnya “La Ilaha Illallah” kita. Tanpa pengingkaran ini, maka tauhid kita tak bermakna dan tak berguna. Sebagaimana kita telah jelaskan pada risalah ‘makna La Ilaha Illallah’. Bahwa La Ilaha Illallah mengandung makna penafian, maksudnya adalah peniadaan bentuk sesembahan selain Allah. Dan ini terwujud dengan pengingkaran orang yang mengucapkan kalimat tauhid ini terhadap thaghut yang disembah dan diibadahi selain Allah. Ukuran keiman seseorang dilihat dari pengingkarannya terhadap sesembahan selain Allah.

Allah berfirman :
قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah : 256)
Maksud buhul tali yang kuat adalah kalimat La Ilaha Illallah. Kalimat ini akan terwujud dengan penafian dan Itsbat (menetapkan ibadah hanya bagi Allah).

Dan hadits Rasulullah –shallallahu ‘alai wasallam-  dari Thariq bin Asy yam –radhiyallahu ‘anhu- ia
مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مَنْ دُونِ اللهِ، حَرُمَ مَالُهُ، وَدَمُهُ، وَحِسَابُهُ عَلَى اللهِ
Barangsiapa yang mengucapkan La Ilaha Illallah dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haram hartanya (diambil) serta darahnya (ditumpahkan), dan perhitungannya ada sisi Allah” (HR. Muslim /23 dan Ahmad 3/472)

Berkata Syeikh Muhammad bin Abdil Wahhab al Wushabiy –hafidzahullah- :” La Ilaha Illallah mengumpulkan antara peniadaan (nafiy) dan penetapan (Itsbat). Kalimat La Ilaha (لَا إِلَهَ) meniadakan segala sesembahan selain Allah. Dan kalimat Illallah (إِلَّا اللهُ) menetapkan ibadah hanya bagi Allah yang tiada syerikat baginya. 
Kedelapan syarat-syarat ini terkumpul dalam dua bait syair 
علم يقين و إخلاص و صدقك مع

محبة و إنقياد و القبول لـهـــا 
وزيد ثامنـها الكفران منك بما

سوى الإله من الأشياء قد ألــها 

Ilmu, yakin, ikhlash, dan kejujuranmu, disertai....
Cinta, ketundukan, dan menerima....
Dan tambahkanlah yang kedelapan yaitu pengingkaranmu....       
Terhadap selain Allah, dari segala sesuatu yang disembah....
Lihatlah syarat-syarat La Ilaha Illahllah pada kita ma’arijul qabul yaitu kitab yang menjelaskan “Sullamul wushul ila ‘ilmil ushul fii at Tauhid” tulisan asy Syaikh Hafidz bin Ahmad Hakamiy 2/418-424)
Dan juga kitab “al Muhimmah Li ‘ammatil ummah” tulisan asy Syeikh ‘Abdul Azis bin ‘Abdillah bin Baz –rahimahullah- pada pelajaran kedua.

(Dijelaskan oleh Abu Ubaidillah berdasarkan Kitab ‘al Qaulul Mufid Fii Adillatit Tauhid tulisan Syeikh Muhammad bin Abdil Wahhan al Wushabiy)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar