12 Desember 2014

Rahasia Kayu Siwak

Satu lagi sunnah amalan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- adalah bersiwak (gosok gigi). Bersiwak…! Pernahkan anda mendengar kata siwak?

Kata siwak digunakan untuk mengungkapkan perbuatan bersiwak (gosok gigi) dan juga digunakan untuk makna akar kayu (salvadora persica) yang digunakan untuk bersiwak [Khulashah al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam: 24]


Selain itu istilah Siwak juga dipakai untuk pembersih gigi yang berasal dari ranting pohon lainnya seperti Zaitun atau sejenis pohon sambur. Kendati demikian, siwak terbaik biasanya menggunakan akar pohon arak, terutama rantingnya yang berwarna hijau. 


Pohon Arak banyak tumbuh di kawasan Semenanjung Arab, juga daerah-daerah kering lainnya di Asia Barat dan Afrika. Pohon Arak termasuk tumbuh-tumbuhan menjalar, memiliki banyak akar dan ranting, berdaun hijau, sedikit kuning, jarang berbunga atau berbuah. Buahnya, yang disebut al-kabs, yang berbentuk bulat kecil, pada awalnya merah, kemudian menjadi cokelat dan menghitam, berasa agak pedas serta mengundang selera.

Pada 1986 dan 2000, World Health Organization (WHO) menyarankan penggunaan siwak untuk membersihkan gigi. Salah seorang peneliti siwak, Ramli Mohammed Diabi, menghabiskan 17 tahun masa hidupnya hanya untuk meneliti kegunaan siwak. Dia berpendapat, siwak juga berfungsi untuk menghilangkan efek kecanduan bagi perokok aktif.


Kandungan Kimia Kayu siwak


Hasil penelitian oleh Al-Lafi dan Ababneh (1995) terhadap kayu siwak menunjukkan bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta memelihara gusi.

Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti :
Antibacterial acids, seperti astringents, abrasive dan detergents yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah infeksi dan menghentikan pendarahan pada gusi. Pada penggunaan siwak pertama kali, mungkin terasa pedas dan sedikit membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard di dalamnya yang merupakan substansi antibacterial acids tersebut.

Kandungan kimia, seperti Klorida, Pottasium, Sodium Bicarbonate, Fluoride, Silika, Sulfur, Vitamin C, Trimethyl amine, Salvadorine, Tannins dan beberapa mineral lainnya yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan penyusun pasta gigi.
Minyak aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, menjadikan mulut menjadi harum dan menghilangkan bau tak sedap.

Enzim yang mencegah pembentukan plaque yang menyebabkan radang gusi. Plaque juga merupakan penyebab utama tanggalnya gigi secara premature.

Anti decay agent (Zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri di mulut dan mencegah proses pembusukan. Selain itu siwak juga turut merangsang produksi saliva (air liur) lebih, dimana saliva merupakan organik mulut yang melindungi dan membersihkan mulut.

Penjelasa Ulama Tentang Siwak
Sekarang mari kita lihat sekilas pembahasan para ulama dalam menggali hikmah di balik indahnya amalan bersiwak ini.
Kata para ulama bersiwak disunnahkan pada setiap waktu terutama ketika hendak shalat, berwudhu, membaca al Qur'an, ketika bau mulut tidak sedap, dan ketika bangun dari tidur. Bersiwak memiliki banyak faidah dunia dan agama [Khulashah al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam: 24].

Amalan ini sangatlah ringan dilakukan, namun masih saja banyak dari kaum muslimin yang tak tertarik mengamalkannya. Padahal itu adakah satu diantara sunnah-sunnah indah Nabi kita –shallallahu 'alaihi wasallam-. Oleh karenanya bersiwak dijadikan salah satu bab dalam pembahasan fiqih di buku-buku para ulama. Ini karena faidahnya yang banyak di dunia dan akhirat.
Walau kadang ada yang bertanya kalau begitu apa manfaat siwak pada jaman sekarang padahal sudah ada pasta gigi, ada sikat gigi dan lain-lain ?
Ketahuilah bahwa bersiwak memiliki berberapa faidah yang tak mungkin dibahas seluruhnya, diantaranya: untuk kebersihan (mulut), kesehatan, menghilangkan bau tak
 sedap, mengharumkan mulut, didapatnya pahala (sunnah), dan sebagai amalan mengikuti Nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- [Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam: 1/46]. Mengikuti nabi tidaklah sama dengan mengikuti orang selain beliau. Karena di dalamnya ada bentuk menifestasi kecintaan kepada Allah -ta'ala-

Allah –subhanahu wata'ala- berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakan wahai Muhammad :"Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, maka Allah akan mencintai kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [QS. Ali Imran: 31]
Barsiwak adalah salah satu sunnah Rasul yang jika kita ikuti, maka kita akan mendapatkan pahala, dicintai Allah, dan akan diampuni.

Bersiwak Dalam Hadits
Bersiwak disunnahkan pada semua waktu sebagaimana yang disebutkan dalam hadits 'Aisyah dari Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- beliau bersabda :
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ، مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ
"Bersiwak itu mensucikan mulut dan diridhai oleh Rabb (Allah)"[HR. an Nasai (1/10), Ahmad (40/241)]
Dalam hadits ini tidak ada keterangan kapan bersiwak itu disunnahkan. Artinya kapan saja kita inginkan, maka kita bisa bersiwak dan kita bisa meraih pahalanya. Namun bersiwak lebih ditekankan lagi pada beberapa kondisi yaitu:
1. Ketika bangun dari tidur
Disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Hudzaifah  ibnul yaman, beliau –radhiyallahu ‘anhu- berkata :
إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ، يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Apabila rasulullah bangun dari tidur malam, maka beliau menggosok mulutnya dengan siwak(HR. Bukhari & Muslim)
Demikian kegiatan rasulullah ketika bangun dari tidur,yang sepantasnya kita amalkan. Lalu apa faidah kita bersiwak (gosok gigi) saat bangun tidur ?
Faidah Hadits :
1.   Dengan bersiwak akan muncul semangat dan kebugaran, sehingga mudah untuk melakukan pekerjaan hari itu.
2.   Bersiwak akan mengilangkan bau tidak sedap pada mulut, dimana bau tadi akan menghilangkan sikap percaya diri.
2. Ketika hendak berwudhu dan Shalat
Selanjutnya adalah hadits yang menerangkan bahwa dianjurkan bersiwak di saat hendak berwudhu dan shalat, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari nabi –shallallahu 'alaihi wasallam- beliau bersabda :
لَوْلاَ  أنْ أشُقَّ عَلَى أمتي لأمَرْتُهُمْ بِالسَّوَا كِ مَعَ كُلِّ وُضوءٍ عِنْدَ كُل صَلاةٍ.
"Seandaianya tidak memberatkan ummatku, maka sungguh aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali hendak wudhu dan setiap kali hendak shalat"[Muttafaqun'alaih]
[lihat Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam: 1/46]

Hadits ini menunjukkan sayangnya nabi –shallallu 'alaihi wasallam-  kepada ummatnya. Ketika beliau tidak memerintakkan ummatnya untuk bersiwak ketika wudhu dan shalat, namun hanya sekedar menganjurkan. Sebab memerintahkan akan berkonsekwensi wajib, dan dikwatirkan ummatnya tak kan mampu mengamalkannya. Inilah sisi sayangnya nabi kepada kita, walau kadang diantara kita ada orang-orang yang tidak membalas kasih sayang beliau itu dengan mengikuti perintahnya dan meninggalkan larangannya.  Dalam hadits ini juga ada satu kaidah yang biasa didengungkan oleh para ulama, yaitu "Dar'ul Mafasid Muqaddam 'ala Jalbil Mashalih" artinya menolak bahaya harus lebih didahulukan dari mengambil manfaat. Coba anda perhatikan tekstual dan kontekstual hadits di atas !. Nabi tidak mewajibkan atau memerintahkan bersiwak ketika wudhu dan shalat, padahal dalam amalan siwak ada banyak faidah di dunia dan akherat, dan manfaan siwak tidak sedikit, namun banyak dan amat banyak. Tapi nabi lebih mendahulukan menolak bahaya pada ummatnya, yaitu beban berat yang akan didapatkan ummatnya kita diwajibkan, walau mereka harus kehilangan manfaat yang besar pada amalan bersiwak. Betapa mudahnya ajaran Islam dan jauh dari kesan menyusahkan dan memberatkan. Allah –Ta'ala- berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
"Allah menginginkan kemudahan bagi kalian dan tidak menginginkan kesusahan.." [QS. Al Baqarah: 185]
Ini menepis anggapan bahwa Islam itu memberatkan, kaku, tida toleran, bengis, tidak memandang hak asasi manusia, dan tuduhan-tuduhan yang lain.
3. Ketika hendak membaca al Qur'an
Disunnahkan bagi seseorang untuk bersiwak ketika hendak membaca al Qur'an sebagaimana hadits dari Ali bin Abi Thalib ia berkata :"Kami diperintahkan bersiwak oleh Rasulullah –shallallahu 'alaihi wasallam- beliaupun bersabda :
السنن الكبرى للبيهقي (1/ 62)
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَاهُ الْمَلَكُ فَقَامَ خَلْفَهُ يَسْتَمِعُ الْقُرْآنَ وَيَدْنُو، فَلَا يَزَالُ يَسْتَمِعُ وَيَدْنُو حَتَّى يَضَعَ فَاهُ عَلَى فِيهِ، فَلَا يَقْرَأُ آيَةً إِلَّا كَانَتْ فِي جَوْفِ الْمَلَكِ
"Sesungguhnya seorang hamba apabila berdiri hendak shalat, maka malaikat mendatanginya, berdiri dibelakangnya untuk mendengarkan al Qur'an (yang ia baca), lalu malaikat mendekat. Dan malaikat itu terus mendengar dan terus mendekat hingga  malaikat meletakkan mulutnya pada mulut orang itu. Dan tidaklah ia membaca satu ayat kecuali berada dirongga malaikat" [HR. al Baihaqi (1/62), lihat ash Shahihah al Albani (nomor 1213)]
Hadits ini menjelaskan bahwa ketika seseorang membaca al Qur'an, maka malaikat akan mendekat kepadanya untuk mendengarkan bacaan qur'an. Ada yang mengatakan bahwa perintah bersiwak berkaitan dengan malaikat yang terganggu dengan bau mulut yang busuk [Taisirul Allam: 46]

4. Ketika hendak masuk rumah
Demikian pula disunnahkan bersiwak ketika hendak masuk rumah sebagaimana riwayat dari dari Miqdam bin Syuraih dari ayahnya (Syuraih), ia berkata:
“Saya bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha: Dengan apa Rasulullah Shallallahu ‘aihi wa sallam memulai ketika masuk ke rumahnya ? Aisyah menjawab: “Dengan siwak” [HR. Muslim dalam kitab Thaharah].
Demikanlah sekilas penjelasan tentang rahasia bersiwak, semoga Allah memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkan sunnah yang satu ini.

[Disusun oleh Abu Ubaidillah | Makassar |20 Shafar 1436]


Referensi
1. Al Qur'an al Karim
2. Muhammad bin Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari
3. Muslim bin al Hajjaj bin Muslim, Shahih Muslim
4. Syeikh Faishal bin Abdil Azis an Najdiy, Khulashah al Ahkam Syarh 'Umdah al Ahkam
5. http://2309catatankesehatandalamislam.blogspot.com/2012/12/kandungan-kimia-kayu-siwak.html,12 Desember 2014
6.   http://id.m.wikipedia.org/wiki/Siwak,12 Desember 2014
7.  Abdullah bin Abdirrahman bin Shalih al Bassam, Taisir allam Syarh 'Umdah al Ahkam
8.  Ahmad bin Syu'aib bin Ali an Nasai, as Sunan as Sughra Ahmad bin Muhammad bin Hambal Abu Abdillah, Musnad Imam Ahmad.
9.  Ahmad bin Husain bin Ali al Baihaqi, As Sunan al Kubra

10. Muhammad Nashiruddin al Albani, Silsilatul Ahadits ash Shahihah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar